Selasa, 25 Agustus 2009

BELAJAR DARI AYAH

nie cerpen pernah ikut lomba(tapi kalah..hiks..hiks)



Kurasa aku sangat memahaminya.Ayah selalu tersenyum padaku,dan aku begitu menyayanginya.Kami saling menyayangi sejak aku dilahirkan.Sore ini aku punya janji dengan ayah.Kami bertemu di sudut kafe kecil kampus ditemani secangkir kopi susu dan mug besar berisikan es campur.Kami sedang berbincang-bincang tentang kegiatanku selama dua bulan terakhir,dan semua aktivitas ayah selama dinas di Bandung.
“Kapan kamu berangkat?”
“Selasa sore Yah,nanti lola berangkat bareng team yang lain.”
“Ayah berharap kamu menang,rasanya ayah ingin melihat senyum kemenangan di wajahmu.”
“Ah….Ayah jangan khawatir,Lola yakin kali ini lola jadi juara.”
Kami bercerita panjang lebar.Aku duduk dihadapan seorang ayah yang telah memberiku hidup,dan membagi hidupnya denganku.Tak terasa mug di meja sudah kosong,akan tetapi hati kita penuh dengan kasih sayang.
“Ayah harus segera kembali ke Surakarta,semoga LABmu sukses,persiapkan dirimu baik-baik.”
“Ok…Bos.”
Aku dan ayah harus berpisah.Kami berdua sama-sama tahu bahwa ayah harus kembali ke kesibukannya di Surakarta dan aku tinggal di Yogyakata di temani kesibukanku sebagai aktivis kampus.Sepanjang ingatanku,ayah selalu menjadi orang pertama yang aku datangi setiap aku berurai air mata kebahagiaan maupun air mata kesedihan.
*******
”Lola ………selamat berjuang,semoga berhasil,do’a ayah selalu menyertaimu."
Aku menjadi semangat setelah membaca sms dari ayah.Aku pasti menang.

Seusai Lomba Artikel Biologi,ku lempar jauh artikel yang ada di tanganku,,aku mengambil HP dan menelpon ayah.
“Ayah,Lola gagal.”
Tanpa mendengar jawaban dari ayah,HP langsung aku matikan.Kegagalan ini menukik jauh ke dalam jiwaku,aku hanya bisa diam. Ingin marah tapi aku tak berhak marah,ingin menangis tapi kegagalan ini tak pantas untuk ditangisi.
“Lola..tahun depan kamu masih bisa mencoba lagi kan?”Vivi mencoba tuk menghiburku.
“Tapi Vi,ini pertama kalinya aku gagal,kamu pasti ngerti gimana perasaanku.”
Aku ,mahasiswa JURDIK Biologi yang terkenal dengan IP super duper kumlot,bintang kampus,dan selalu menjadi juara tapi kali ini untuk pertama kalinya aku gagal.
Kekalahan ini seolah meliukkan urat nadiku,dan menyepak kedongkolan terdalam.
Sudah beberapa hari ini aku terpuruk dalam kekalahanku.Ayah menelponku,tapi tak pernah kuangkat,sms dari ayah selalu kuabaikan.
“La,sepupumu datang.”
“Ya Vi,suruh langsung masuk aja.”
Dalam hati kecil aku bertanya,kenapa Tito datang ke Jogja.
“La,kamu harus segera pulang,ayahmu sakit.”
Aku terkejut,bagai diri ini terhantam tebing yang menjulang tinggi,mulutku terkunci dan aku tak mampu bekata.
*****
Mobil melaju dengan kencang,Aku ingin cepat-cepat sampai rumah sakit.Pikiranku kacau,ayah…ayah…ayah.Jangan pernah tinggalkan Lola.Ayah tak penah menghakimiku,ia membiarkan diriku menentukan harapanku.
“Kau sudah menghubungi ibumu?”Tanya Tito,memecahkan keheningan yang menyelimuti pikiranku.
“Belum,sejak hari selasa aku belum pernah menelpon keluargaku.”
“Ya,aku tahu,tante cerita banyak tentang kekalahanmu tahun ini. Aku ikut bersedih.”
“Terimakasih.Ayahku sakit apa?”
Senyum diwajahnya semakin pudar,agaknya ia bingung mau menjawab apa.
“Hmm,dokter menemukan kanker di otak ayahmu.”
“Kanker otak?mungkin bisa sembuh?”
Aku menatap matanya,menunggunya membenarkan perkataanku.Tapi aku tahu”kanker otak”dekat sekali dengan kematian.Tapi aku tetep saja menunggu jawaban dari pertanyaanku,menuggu ia mengatakan bahwa ayahku bisa sembuh.
“Aku tidak tahu,ayahmu orang hebat,pasti cepat sembuh.”
Pikiranku melayang,kali ini mobil rasanya berjalan begitu lambat.
******
Sampai di Rumah Sakit Dr.Oen,aku melihat ibu berdiri di pojokan pintu.Ia langsung memelukku.
“Ayo”kata ibu sambil menarik tanganku.Aku gemetar,kakiku rapuh,aku tak sanggup melihat ayah.
Kamar itu begitu asing,gelap dan pengap.Aku melihat ayah berbaring,tenang sekali.
“Ayah di operasi tadi pagi,sebelum di operasi ayah ingin sekali bertemu denganmu.”
Aku merasa bersalah,tubuhku dingin,dan aku tertunduk.
“Ibu,ayo keluar,Lola tidak tahan.”
“La,menurut dokter,peluang ayahmu untuk hidup cuma 5%,ayah bisa meninggal kapan saja.”
Keesokan harinya,ayah sudah bisa membuka matanya.
“Lola,mendekatlah Nak,ayah ingin sekali memelukmu.”
Aku memandangnya,ia begitu kurus kering dan lemah sekali.Aku ingin mengatakan aku sayang ayah,namun batinku menahan semua itu.Aku takut.
“Ayah bangga padamu.”
Ia memelukku,setelah selesai bicara ia langsung terjatuh lemas ke bantal tempat tidurnya.
Aku masih menemani ayah,dan aku setengah bersandar di tempat tidur ayah.Kadang-kadang matanya terbuka dengan sorot yang tidak seperti biasanya,berair,dan kelihatan sedang menahan sakit.
*****
Hari yang aku takutkan akhirnya datang juga,ayah pergi meniggalkanku.Rasanya hidupku menjadi kacau.Seyum ayah selalu bisa menahan amarahku,ayah selalu membuatku belajar untuk lebih dewasa.
“Lola,sebelum meninggal ayah menitipkan surat untukmu.”
“Ma,Lola telah mengecewakan ayah.bahkan Lola tidak bisa membuat ayah tersenyum di hari-hari akhir hidupnya.”
“Coba kamu baca.”
Kubuka amplop yang berwarnakan coklat.Aku ragu untuk membukanya.aku semakin ketakutan.Ibu menggenggam tanganku meyakinkan diriku.Dengan penuh rasa cemas ku baca surat itu.

Anakku Lola tersayang,
Ayah bangga padamu Nak,apapun dan bagaimanapun,kamu tetap putri ayah yang paling cantik dan manis.Ayah paham kamu begitu terpukul dengan kegagalanmu tahun ini.Kamu jangan pernah melupakan bahwa kegagalan adalah langkah awal untuk memulai lagi dengan lebih cerdik.Nak,George Mendel,pakar botani Austria yang eksperimen kacangnya merupakan cikal bakal ilmu genetika dalam sains modern,tidak pernah lulus ujian menjadi guru sains di sekolah menengah.Ia gagal dalam mata pelajaran biologi.Nak,hal diatas pantas untuk kamu renungkan.Kamu adalah kekayaan dan sumber kebahagiaan bagi ayah.Nak,ayah percaya akan kemampuanmu.
Tersenyumlah……………
Ayah
Air mataku berlinang.Aku merenungkan isi surat yang di tulis ayah.Dalam perenungan di antara isak tangisku,aku merasakan kedamaian dan kesadaran diri yang mendalam.Aku dapat merasakan betapa ayah sayang dan peduli padaku.Semasa ayah hidup,aku belum pernah mengatakan”Lola sayang ayah”aku menyesal.Aku membalikkan tubuhku dan memeluk ibu sambil berkata”aku sayang ibu”,dan aku berdo’a semoga Tuhan memberikan ayah tempat terindah disisi-NYA,seperti ayah menempatkan diriku dihatinya.Sekarang aku bisa menerima kematian ayah tanpa rasa bersalah.

0 komentar:

Posting Komentar